Setelah beberapa kali mengikuti pelatihan dan penguatan kapasitas mengenai pengolahan sampah, ia menerapkan ilmunya untuk memproduksi barang bermanfaat, seperti pupuk kompos.
Suharyadi dalam menjalankan kegiatan TPS3R membutuhkan proses yang panjang untuk mencapai titik terang dalam menguatkan konsistensi mengelola sampah. Dari proses pertama dirintis, kegiatan tersebut memerlukan waktu enam tahun baru bisa memroduksi kompos. Hal itu karena ia harus berjuang untuk menumbuhkan dan menguatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya mengelola sampah.
Baca Juga:
Didemo Warga, Pemkot Jakut Berjanji Tambah Armada Angkut Sampah di TPS3R Koja
Kegiatan membuat pupuk baru bisa terlaksana pada tahun 2023, yang mana rata-rata kompos diproduksi sekitar 200 kilogram, setelah masa fragmentasi kurang lebih 30 hari.
Kemudian, hasil produksi pupuk itu dibagikan secara gratis kepada masyarakat Petobo untuk penyubur tanaman penghijauan maupun pertanian.
Merawat lingkungan
Baca Juga:
Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai Titipkan Masalah untuk Pemimpin Selanjutnya
Lingkungan merupakan tempat tinggal makhluk hidup, maka perlu dijaga kelestariannya dan kebersihannya, sehingga memberikan dampak positif bagi penghuninya.
Sebaliknya, bila masyarakat acuh tak acuh terhadap lingkungan mereka tentu berdampak buruk bagi kelangsungan hidup. Sampah, bila tidak dikelola dengan baik akan menjadi bom waktu.
Menurut data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu, sampah yang masuk ke TPA Kawatuna, sebanyak 70 persen sampah organik dan 30 persen sampah anorganik. Dari persesntase itu, yang paling banyak adalah sampah dari sisa makanan yang masih layak konsumsi, tetapi dibuang.