Kemudian pembicara dua dari Dinas Penanaman Modal dan PTSP Sulteng, Teguh Ananta, menilai investasi yang masuk masih bersifat padat modal sehingga manfaatnya belum dirasakan langsung oleh masyarakat.
Sementara itu, peneliti dan akademisi Universitas Tadulako Prof Ahlis Djirimu, mengatakan bahwa benang kusut investasi, regulasi, dan struktur ekonomi harus segera diurai.
Baca Juga:
Biaya Perjalan Dinas Komisi IV DPRD, BPBD, Disdik Sulteng Habiskan Rp220 juta
“Tanpa perubahan orientasi pembangunan dan perbaikan tata kelola, kekayaan Sulteng hanya akan dinikmati segelintir pihak, sementara kemiskinan tetap menghantui,”tegas akademisi yang sering melontarkan kritikan tajam ke pemerintah itu.
Keempat pembicara itu menyoroti tingkat investasi yang sangat besar dengan sasaran kekayaan alam Sulteng. Karena memang sulteng sangat kaya akan sumber daya alamnya (SDA) Mulai dari Nikel, Emas, Biji Besi, Bebatuan dan Pasir (Pertambangan), pertanian dan perkebunan.
Celakanya kekayaan alam, nilai investasi di sulteng ini tidak sebanding dengan tingkat kesejahteraan, dimana penduduk miskin masih berada di angka 10,92 persen.
Baca Juga:
Mengapa Pejabat Sulteng Bergerombolan ke Jakarta ditengah Defisit APBD 2025
Begitupun dengan tingkat pengangguran mencapai 49,61 ribu orang dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) diangka 2,94%.
Berikut data badan pusat statistik (BPS), pada Maret 2025, jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah adalah 356,19 ribu orang atau 10,92% dari total penduduk 3.219.494 jiwa.
Data ini mencakup jumlah laki-laki sebanyak 1.652.891 jiwa dan perempuan sebanyak 1.566.603 jiwa, dengan total Kartu Keluarga (KK) mencapai 1.075.065