"Meski begitu, Sulteng salah satu daerah dengan harga cabai tertinggi tahun lalu mencapai Rp140 ribu hingga Rp150 ribu per kilogram. Situasi ini terjadi karena daerah lain juga mengalami kekurangan komoditas cabai, sehingga Sulteng banyak memasok komoditas tersebut ke daerah-daerah sekitar, karena cabai salah satu komoditas penyumbang inflasi," tutur Nelson.
Lebih lanjut di jelaskannya, cabai besar juga mengalami surplus 6.500 ton dari jumlah ketersediaan yang ada 8.712 ton dengan jumlah konsumsi dalam daerah sekitar 2.212 ton.
Baca Juga:
KPK Peringatkan Pemprov Sulteng Waspada Soal Realisasi Pokir DPRD: Tanggung Jawab Dinas Masing-masing
Gerakan tanam dan panen cepat yang diinstruksikan oleh Pemerintah Pusat diharapkan dapat membantu optimalisasi komoditas cabai rawit, dengan menggandeng kelompok wanita tani, Dasawisma maupun Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) di kabupaten/kota.
"Kelompok-kelompok tersebut sebagai ujung tombak untuk menularkan kepada masyarakat gerakan ini, dan kami telah menyiapkan benih cabai yang telah di semai sekitar 10 ribu bibit disalurkan ke Kota Palu, selanjutnya menyusul daerah lain. Pemprov Sulteng menargetkan 13 kabupaten/kota mendapat bantuan benih, baik yang sudah di semai maupun benih dalam kemasan," katanya.[ss]