WahanaNews-Sulteng | Sulawesi Tengah memiliki banyak suku dengan ragam kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun.
Sayangnya, banyak dari tradisi itu tergerus zaman dan hanya menjadi bacaan di hari ini.
Baca Juga:
Smart Meter AMI PLN Bantu Pelanggan Pantau Penggunaan Listrik Lebih Baik
Kondisi itu diperparah Pandemi Covid-19 yang merebak di Sulawesi Tengah hingga pemerintah melarang kerumunan, tak terkecuali upacara adat.
Di antara upacara adat yang kerap diperingati suku-suku di Sulawesi Tengah adalah penyambutan kedewasaan.
Beberapa suku di Sulawesi Tengah menyambut kedewasaan seorang anak dengan upacara adat. Di antaranya Suku Kulawi.
Baca Juga:
PLN Optimistis Smart Meter AMI Tingkatkan Kualitas Layanan
Suku Kulawi menggelar upacara tradisional peralihan usia bagi seorang laki-laki dari masa anak-anak menuju dewasa.
Ritual itu oleh mereka disebut sebagai Upacara Rakeho yang dalam bahasa Indonesianya adalah meratakan gigi bagian depan atas dan bawah serata dengan gusi.
Bukan hanya untuk mencari keselamatan, upacara ini juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang berkaitan dengan keharmonisan hubungan rumah tangga.
Waktu pelaksanaan Upacara Rakeho tidak terikat pada perhitungan waktu, hari, atau bulan, namun disesuaikan dengan kemampuan orang tua yang hendak menyelenggarakannya.
Biasanya, upacara ini dilaksanakan setelah panen karena di saat itulah orang tua memiliki kemampuan untuk menggelar upacara adat.
Dalam pelaksanaannya, Upacara Rakeho melibatkan seorang Topekeho (dukun) yang memiliki keahlian dalam mengikir gigi.
Keahlian Topekeho diwariskan secara turun temurun dari pendahulunya.
Sebagaimana upacara pada umumnya, Upacara Rakeho juga memiliki tahapan.
Upacara diawali dengan pemakaian baju dan puruka (celana pendek atau cawat) yang berwarna putih pada si anak oleh Topekeho.
Sebelum proses pengikiran gigi, anak yang menjalani ritual itu disuapi orangtuanya dengan ketan putili dan telur.
Seluruh rentetan upacara ini biasanya berlangsung dari pagi sampai sore hari.
Tempat ritual ini berlangsung juga tidak sembarangan.
Biasanya di bawah sebuah pohon besar atau di sebuah rumah yang telah dikosongkan sebelumnya.
Setiba di tempat upacara, maka ayah-ibu serta sanak keluarga yang mengantar sang anak kembali ke rumah untuk menunggu selesainya upacara Rakeho.
Selama proses pengikiran gigi, Topekeho didampingi empat Tadulako (pendamping).
Ada beberapa nilai yang terkandung dalam Upacara rakeho.
Nilai-nilai itu antara lain adalah: kebersamaan, ketelitian, gotong royong, keselamatan, dan religius. [kaf]