"Melalui REC, PLN menghadirkan opsi pengadaan untuk pemenuhan target sampai dengan 100 persen penggunaan energi terbarukan. Cara pengadaan atau pembeliannya pun relatif mudah dan cepat," tuturnya.
Pihaknya memastikan energi yang digunakan pelanggan berasal dari pembangkit listrik berbasis EBT yang diverifikasi oleh sistem tracking internasional, APX TIGRs yang berlokasi di California, Amerika Serikat.
Baca Juga:
Akhirnya, 33 Dusun Terpencil Sulawesi Selatan Dilistriki PLN, Menyala 24 Jam!
Ia merinci saat ini pembangkit energi hijau milik PLN yang terdaftar di APX adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang dengan kapasitas 140 MW, PLTP Lahendong 80 MW, dan PLTA Bakaru 130 MW. Jumlahnya setara 2.500.000 MWh per tahun. Pelanggan yang lokasinya terpisah dari pembangkit energi hijau tersebut dimungkinkan juga menikmati layanan REC.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Asahimas Chemical, Jun Miyazaki berharap keterlibatan Perseroannya yang bergerak di industri kimia dasar terintegrasi pada program energi terbarukan dapat mendukung program pemerintah. Khususnya dalam melakukan perluasan pembangkit listrik energi terbarukan di Indonesia.
"ASC mendapat kehormatan untuk bekerja sama dengan PLN melalui penandatanganan kontrak pembelian REC sebanyak 18 juta unit (setara dengan 18.000 GWh) dalam periode kurang lebih 15 tahun dengan target pengurangan emisi CO2 sebesar 15 juta ton. Hal ini selaras dengan komitmen net zero emission Indonesia tahun 2060 dan AGC Jepang tahun 2050," ujar Miyazaki.
Baca Juga:
PLN Gerak Cepat Pulihkan Listrik Terdampak Banjir dan Longsor di Sulawesi Selatan
Sebagai informasi, PLN mencatat hingga September 2022, sebanyak 948.152 Megawatt hour (MWh) energi terbarukan telah diklaim kepemilikannya oleh 233 perusahaan.
Untuk pelanggan yang ingin melakukan pembelian REC PLN, baik untuk individu maupun korporasi, dapat mengaksesnya melalui website layanan.pln.co.id/renewable-energy-certificate.[ss]