Bahkan dalam orasinya, Raslin menegaskan, jika dipandang perlu maka ia tidak akan segan segan membawa massa Forum Pemuda Kaili Bangkit Sulteng dalam jumlah besar untuk menggembok Kantor BWSS III sebagai bentuk protes atas ulah BUMN yang meresahkan sejumlah vendor di wilayah Sulteng.
Selain itu kata Raslin, BUMN juga tidak memiliki alat atau sarana penunjang untuk percepatan penyelesaian proyek, BUMN hanya menyewa alat alat berat milik kontraktor lokal di Sulteng dan banyak melakukan dugaan penggunaan material yang tidak dipersyaratkan.
Baca Juga:
PLN Tunjuk Rizal Marimbo Jadi Direktur Pembangkitan, Sosok Dekat Menteri Bahlil Lahadalia
Lebih lanjut Raslin, mengatakan jika BWSS III Palu tidak mengindahkan tuntutan, maka ia akan buka bukaan terhadap sejumlah proyek bermasalah yang di kerjakan oleh BUMN Karya, ujarnya.
Lebih lanjut Raslin, menyebut Bahwa pola kerja BUMN di Sulteng monopoli sejumlah proyek di Balai sarana dan prasarana yang bersumber dari APBN adalah tindakan merampas hak-hak kontraktor lokal, padahal BUMN dimodali oleh uang negara yang seharusnya hanya mengerjakan proyek besar yang anggarannya diatas Rp100 Miliar
“Namun, BUMN diduga Kongkalikong dengan BWSS menggabungkan 21 paket proyek Irigasi di tujuh Kabupaten, kemudian menunjuk PT PP untuk mengerjakan. Pola seperti ini tidak lebih dari korporasi yang telah diorganisir di Sulteng,” ungkap Raslin.
Baca Juga:
BUMN Dipangkas Besar-besaran, Danantara Siap Gabungkan 888 Perusahaan Jadi Hanya 200
“BUMN selama ini memiliki utang ribuan triliun, Namun banyak merugikan kontraktor lokal di bumi Tadulako ini, tapi masih juga diberikan tempat istimewa oleh BWSS III Palu,” ucap Raslin dengan nada kesal.
Raslin dalam orasinya juga menyebut bahwa pola kerja BUMN di Sulteng cukup meresahkan karena banyak mengorbankan subkontraktor yang bermitra dengannya.
Menurutnya, terdapat sejumlah proyek BUMN yang sudah selesai 100 persen, akan tetapi tidak dibayar, sehingga ada sejumlah kontraktor lokal yang menjadi bangkrut.