Sulteng.WahanaNews.co, Sigi - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tengah (Sulteng) memberikan bantuan intervensi untuk menurunkan angka stunting dan kemiskinan di Kabupaten Sigi dengan sebaran 118 desa di wilayah itu, berbasis perangkat daerah yang ada di provinsi.
"Untuk penanganan stunting kita keroyok dan kita bikin program baru bagaimana menangani stunting dan kemiskinan di Sulteng yaitu pemberian bantuan intervensi melalui program terpadu percepatan penurunan stunting dan penanggulangan kemiskinan berbasis perangkat daerah (Tangguh Bersinar) Provinsi Sulteng," kata Gubernur Sulteng Rusdi Mastura, di Sigi, Rabu.
Baca Juga:
Sekda HSS Kalsel Buka Pertemuan Evaluasi Intervensi Spesifik Stunting
Ia berharap dalam program itu semua dunia usaha, termasuk perusahaan tambang agar ikut andil dalam penurunan stunting dan penanggulangan kemiskinan.
"Jadi semua perusahaan tambang, seperti IMIP, CPM, serta semua dinas di Provinsi Sulteng juga ikut terlibat," ucapnya.
Tidak mudah, lanjutnya, menurunkan angka stunting sebesar satu persen di Sulteng. "Kita dari 28,2 persen turun menjadi 27,2 persen, itu tidak gampang turun satu persen," sebutnya.
Baca Juga:
Pemerintah Kota Bitung Berupaya Cepat Turunkan Angka Stunting di 2024
Ia memerintahkan Badan Perencanaan, Pembangunan Daerah (Bapedda) Sulteng untuk memberikan penghargaan kepada kabupaten yang secara signifikan menurunkan angka stunting. Menurutnya, ada dua wilayah yang angka stunting turun sebanyak 10 persen yaitu Kabupaten Sigi dan Tojo Una-Una.
Lebih jauh ia mengatakan salah satu program yang dicanangkan Presiden RI terpilih Prabowo Subianto yaitu makan siang gratis merupakan upaya penurunan stunting.
Sementara itu Kepala Bappeda Sulteng Christina Shandra Tobondo mengemukakan berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 prevalensi stunting Sulteng menjadi 27,2 persen turun dari 28,2 persen.
"Untuk Kabupaten Sigi sebesar 36,8 persen tahun 2022 turun menjadi 26,4 persen pada tahun 2023," ucapnya.
Ia menuturkan alasan menjadikan Kabupaten Sigi menjadi pilot project Program Tangguh Bersinar karena pada tahun 2022 prevalensi stunting di wilayah itu masih tinggi se-Sulteng.
"Saat kami merumuskan inovasi ini, Kabupaten Sigi masih tinggi prevalensi stunting sehingga kami diperintahkan Gubernur Sulteng untuk melakukan pencegahan pernikahan dini dan pemberian tablet tambah darah di Sigi, hasilnya angka stunting di Sigi bisa turun 10,4 persen," ujarnya.
Sandra berharap kegiatan kali ini menggunakan sistem Pentahelix dengan melakukan konvergensi antara pemerintah provinsi, OPD di Sigi, perbankan, perguruan tinggi serta pelaku usaha dalam penanganan stunting dan penanggulangan kemiskinan.
"Mudah-mudahan dengan kegiatan ini dapat menurunkan angka stunting di Sigi menjadi lebih baik lagi daripada sebelumnya," tutur Christina.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2023, Kabupaten Sigi masih menjadi wilayah di Sulteng dengan angka stunting masih tinggi yakni 36,8 persen. Sementara prevalensi stunting di Sulteng masih di angka 28,2 persen.
[Redaktur: Patria Simorangkir]