Sulteng.WahanaNews.co, Palu - Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah menyosialisasikan moderasi beragama kepada pelajar sekolah menengah atas (SMA) di Kota Palu, dengan tujuan membentuk generasi pelajar yang moderat secara intelektual dan perilaku.
"Generasi muda sebagai estafet pembangunan. Maka dari itu harus diperkuat wawasannya dengan pendekatan moderasi beragama, supaya mereka menjadi generasi yang moderat," kata Sekretaris FKUB Sulteng Munif Aziz Godal pada sosialisasi peningkatan pemahaman moderasi beragama di Palu, Senin (10/6/2024).
Baca Juga:
BPS Catat IPM Sulawesi Tengah Meningkat Jadi 72,24 pada 2024
Ia menjelaskan, moderasi beragama berada pada tataran sosiologis, dalam wilayah praktik keberagamaan di kehidupan sosial kemasyarakatan dan menjalin hubungan sosial dengan orang lain.
Sedangkan pada tataran teologis setiap orang berhak, bahkan seharusnya meyakini kebenaran agamanya, tetapi pada saat yang sama dalam tataran sosiologis harus memahami bahwa orang lain juga memiliki keyakinan terhadap ajaran agama mereka.
"Pemahaman moderasi akan melahirkan toleransi, saling menghargai perbedaan bukan menjadikan perbedaan sebagai alat untuk mencaci," ujarnya.
Baca Juga:
"Rutan Kelas IIA Palu Hadirkan Layanan 'Sapa Keluarga' bagi Warga Binaan"
Pada kegiatan ini FKUB Sulteng menyasar tiga sekolah, yakni SMA Negeri 2 Palu, SMA Negeri 4 Palu, dan SMA Negeri 1 Palu.
Pada kesempatan itu, selain mengenalkan moderasi beragama, upaya pencegahan perundungan/bullying di sekolah juga dilakukan kepada siswa.
Salah satu faktor penyebab terjadinya perundungan karena minimnya pengawasan dan rendahnya kepedulian sekolah terhadap perilaku siswa-siswinya.
"Perundungan merupakan perilaku agresif dan negatif seseorang atau sekelompok orang secara berulang kali, dengan menyalahgunakan ketidakseimbangan kekuatan untuk menyakiti korban secara mental, fisik maupun seksual," katanya.
Ketua FKUB Sulteng Zainal Abidin mengemukakan, kehadiran FKUB di sekolah merupakan satu tekad dan konsistensi pihaknya dalam mengelola keragaman yang ada di dunia pendidikan, dengan pendekatan moderasi beragama.
Menurut dia, perbedaan adalah kehendak Tuhan Yang Maha Esa, setiap manusia harus menghargai dan menjunjung tinggi perbedaan yang ada.
"Multikultural atau keragaman yang ada bila tidak dikelola dengan baik, berpotensi menimbulkan kekacauan. Maka melalui sosialisasi ini pelajar diharapkan semakin menjunjung tinggi perbedaan yang ada, baik perbedaan agama, suku, bahasa, dan warna kulit," kata Zainal.
[Redaktur: Patria Simorangkir]