Sulteng.WahanaNews.co, Palu - Kebutuhan akan nikel di dunia terus meningkat. Melihat potensi ini, pemerintah akhirnya mendorong hilirisasi tambang, khususnya nikel di Indonesia, dengan tujuan meningkatkan kontribusi sektor tambang pada perekonomian nasional dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
Hadirnya industri hilirisasi nikel tak hanya membawa dampak bagi perekonomian nasional, namun juga pertumbuhan ekonomi masyarakat daerah, seperti halnya di Sulawesi Tengah. Hal ini terlihat dari munculnya berbagai UMKM di Sulawesi Tengah.
Baca Juga:
Tambah Daya Listrik Industri Nikel di Kalimantan Timur, PLN Terus Dukung Hilirisasi
Berdasarkan situs resmi KADIN, jumlah UMKM di Sulawesi Tengah mencapai 29.706 sepanjang tahun 2022. Angka ini mengalami pertumbuhan, di mana sebelumnya hanya berjumlah 25.158 pada tahun 2021 dikutip dari situs resmi Dinkop UMKM Sulteng.
Menggeliatnya sektor UMKM di Sulawesi Tengah juga diakui oleh Presiden RI Joko Widodo saat mengunjungi Pasar Masomba di Palu, Sulawesi Tengah, tahun lalu. Ia mengatakan tumbuhnya perekonomian di Sulawesi Tengah itu terlihat dari banyaknya toko hingga bangunan baru.
"Dan itu kelihat, banyak toko-toko baru, banyak bangunan-bangunan baru, banyak pembangunan," ujarnya.
Baca Juga:
Wujudkan Program Elektrifikasi Gaya Hidup di Sektor UMKM, PLN Bantu Pengrajin Ulos Gunakan Mesin Tenun Elektrik
Senada, Kepala Desa Bunta, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara, Christol Rizal Lolo mengaku ada banyak perubahan positif sejak hadirnya industri pengolahan (smelter) bijih nikel di wilayahnya, yakni PT Gunbuster Nickel Industry.
"Sejak PT GNI hadir, sejumlah rumah kos-kosan dan BRILink telah dibangun, menunjukkan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Peningkatan ini tidak hanya mencakup sektor perumahan, tetapi juga memperluas akses ke layanan keuangan," paparnya.
Industri Nikel Dorong Kesejahteraan UMKM
Hadirnya berbagai industri smelter memang telah dirasakan langsung manfaatnya oleh warga sekitar lingkar industri. Salah seorang warga di Desa Bunta, Morowali Utara, Sulawesi Tengah, Yusi Simamora mengaku terbantu dengan kehadiran industri nikel di wilayahnya. Pasalnya, kini ia bisa membuka usaha toko bahan-bahan bangunan.
"Puji Tuhan, dampaknya cukup baik, semakin ramai dan semakin banyak orang yang membutuhkan bahan-bahan untuk membangun rumah, banyak pembeli yang kita rasakan. Awalnya kami bingung ingin membuka usaha apa, namun setelah adanya PT GNI, kami melihat peluang dengan adanya pembangunan di sekitar perusahaan, sehingga kami memutuskan untuk membuka toko ini. Awalnya hanya toko kecil, sekarang sudah semakin besar," ungkap Yusi.
Hal yang sama dirasakan Suwardi, warga Desa Bunta yang berjualan siomay di dekat perusahaan smelter. Dagangannya laris manis diburu para pembeli yang mayoritas karyawan industri dan masyarakat sekitar.
"Setelah saya berjualan ini, pendapatan saya juga meningkat, banyak sekali perubahan termasuk penghasilan. Saat ini saya sudah bisa membuat kos-kosan," ucapnya.
Kontribusi Industri Nikel bagi UMKM
Head of Corporate Communication PT GNI, Mellysa Tanoyo menjelaskan pihaknya terus berupaya meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar lingkar industri dengan berbagai inisiasi program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Salah satunya pelatihan kewirausahaan untuk kelompok CSR binaan dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Bunta dan Bungintimbe. Hal ini sejalan dengan tujuan ke-8 dari Sustainable Development Goals/SDGs, yaitu mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh produktif, serta pekerjaan yang layak.
"Kami berharap pelatihan kewirausahaan ini dapat memberikan dampak positif dengan mendorong terciptanya usaha-usaha baru yang dapat memberikan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar serta pengembangan ekonomi lokal yang lebih dinamis dan berkelanjutan untuk kemajuan ekonomi inklusif di Indonesia," kata Mellysa.
Tak hanya itu, PT Stardust Estate Investment (PT SEI) bersama PT GNI juga melakukan penguatan pada sektor UMKM melalui bantuan pelatihan dan pendampingan, hingga perluasan penjualan produk kepada pelaku usaha produk olahan ikan bandeng di Desa Bungintimbe. Pendampingan dilakukan dengan melibatkan Pemerintah Desa Bungintimbe, Dinas Perikanan Kabupaten Morowali Utara, Kelurahan Bungintimbe dan pihak lainnya.
Seluruh kontribusi ini secara tak langsung pun berdampak signifikan terhadap perekonomian di Sulawesi Tengah. Data BPS mencatat ekonomi Sulawesi Tengah triwulan I-2024 terhadap triwulan I-2023 mengalami pertumbuhan sebesar 10,49 persen (y-on-y).
[Redaktur: Patria Simorangkir]