WahanaNews-Sulteng | Kedatangan bulan suci penuh berkah atau Lebaran disambut umat Muslim dengan berbagai cara sesuai tradisi masing-masing wilayah.
Seperti di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), tepatnya di Kota Bungku, Ramadan disambut warga dengan mendirikan menara dari bambu di depan masjid.
Baca Juga:
Kawal Arus Mudik Hingga Balik Lebaran 2024, PLN Siaga di Zona Utama Transportasi Publik
Menara kurang lebih setinggi 5-7 meter. Di puncaknya terdapat gubuk dari anyaman bambu.
(Pembuatan Dengu-dengu)
Masyarakat setempat menamai menara tersebut dengan sebutan Dengu-dengu, dan sudah menjadi kebiasaan secara turun temurun.
Baca Juga:
PLN Siapkan SPKLU di Banyak Lokasi, Pemudik: Pakai Mobil Listrik Jadi Nyaman!
Menara biasanya dibuat warga secara bergotong royong sebelum Ramadan.
Berdirinya Dengu-dengu akan menjadi penanda waktu sepanjang Ramadan.
“Akan ada yang bertugas membunyikan gendang atau gong di atas menara di waktu tertentu sebagai penanda waktu, termasuk waktu sahur dan tarawih,” kata Lurah Matano, Jamhar Samuda kepada wartawan.
Dia menjelaskan, gong atau gendang dibunyikan dari menara setiap waktu sahur, selesai salat tarawih dan waktu berbuka puasa.
“Gendang itu juga dipukul setiap jam, dari pukul 22.00 Wita hingga 03.00 Wita,” kata Jamhar.
Pembagunan Dengu-dengu juga diperlombakan di beberapa desa maupun kelurahan di Bungku.
Secara berganti, sebanyak delapan warga ditugaskan menabuh gendang di atas Dengu-dengu.[jef]