WahanaNews-Sulteng | Sejak 2019 hingga 2021 RSUD Raja Tombolotutu memiliki masalah anggaran yang mengakibatkan dokter spesialis dan perawat tidak menerima upah. RSUD Raja Tombolotutu
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raja Tombolotutu terjerat utang sebesar Rp 2,6 miliar. Kini utang tersebut telah lunas setelah dicicil selama dua tahun.
Tak hanya karena persoalan upah karyawan, RSUD Raja Tombolotutu bahkan masuk daftar blaclist Kementerian Kesehatan.
Baca Juga:
Netanyahu Resmi Jadi Buronan Setelah ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan
Itu karena utang rumah sakit tersebut terus menumpuk sejak 2019.
Utang itu terus bertambahkan untuk persediaan kefarmasian, baik itu obat-obatan, Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta bahan Laboratorium.
Tercatat, utang RSUD Raja Tombolotutu di 2019 mencapai Rp 2.587.155.474.
Baca Juga:
Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Kasus Masih dalam Penyelidikan
Utang itu pun dicicil selama dua tahun, sejak 2020.
Direktur RSUD Raja Tombolotutu dr Flora Merlin mengatakan, pihaknya berusaha tidak akan memunculkan utang baru lagi.
"Walaupun masih tercatat sisa Rp 29.753.208, namun bukan utang turunan lagi tetapi pembelanjaan di penghujung tahun 2021 dan itu bukan obat-obatan tetapi sisa bahan medis habis pakai," jelas dr Flora.
Dia berharap, kehadiran dokter spesialis di RSUD Raja Tombolotutu dapat meningkatkan kembali pelayanan.
RSUD Raja Tombolotutu kini kembali menghadirkan Dokter Spesialis Anak, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Kandungan, Dokter Patalogi Klinik, Dokter Radiologi dan Dokter Spesialis Anastesi.
Khususnya bagi masyarakat yang ada di wilayah Utara Kabupaten Parigi Moutong.
"Dengan berjalannya kegiatan pelayanan Kesehatan tingkat lanjut ini, kami membutuhkan anggaran belanja persediaan Kefarmasian kurang lebih sebanyak Rp 1,8 miliar per tahun," jelas dr Flora.
RSUD Raja Tombolotutu berada di Kecamatan Tinombo, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
[kaf]