WahanaNews-Sulteng | Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) menyebutkan ada empat strategi pengembangan sistem pertanian terpadu atau integrated farming sebagai upaya peningkatan produktivitas pertanian.
Kepala Dinas TPH Sulteng Nelson Metubun, di Palu, Minggu, menyatakan empat strategi dimaksud, yakni meningkatkan variasi sumber pendapatan petani, kemudian menurunkan biaya produksi dengan penggunaan bahan organik dari ternak maupun limbah sisa pertanian untuk menyuburkan lahan.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Selanjutnya, mengoptimalkan pemanfaatan secara bijak dengan mempertimbangkan aspek konservasi lahan dan tanah, serta membangun kelembagaan terpadu yang memberikan penyuluhan akan hal teknis maupun peningkatan sumber daya manusia (SDM).
"Strategi-strategi ini lazim digunakan dan diterapkan pada sistem pertanian terpadu, antara pertanian, perikanan, dan peternakan yang ketiganya saling mengisi, sehingga tidak ada limbah pertanian tersisa begitu sebaliknya, semuanya termanfaatkan secara efektif," ujarnya lagi.
Ia mengemukakan, pengembangan sistem pertanian ini memiliki prinsip utama di antaranya berada pada satu kawasan atau hamparan, kemudian limbah pada satu kegiatan termanfaatkan pada satu kegiatan lainnya, menjaga keseimbangan ekosistem dan mendorong konservasi habitat (menerapkan pertanian organik/pertanian berkelanjutan).
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
Dia memaparkan, metode pengelolaan pertanian terpadu sedikit berbeda dengan sistem pertanian konvensional, yang mana integrated farming menggunakan model tata letak dan ruang fisik, hayati dan sosio-kultural yang tercipta akibat penyesuaian bermacam-macam teknik dan sumber daya genetik yang dapat melindungi lingkungan, menjaga produktivitas lahan serta mengurangi risiko kegagalan usaha tani.
"Sedangkan penerapan pertanian konvensional, lebih kepada sistem pertanian yang mengaplikasikan berbagai temuan teknologi yang mengabaikan risiko lingkungan," ujarnya pula.
Menurutnya lagi, pertanian terpadu salah satu sistem pertanian yang dicetuskan Kementerian Pertanian (Kementan) yang lebih mengarah pada agrowisata, peternakan dan perikanan, dengan ketiga komponen ini kemudian dipadukan untuk saling mengisi.
"Limbah pertanian dapat diolah menjadi pakan ternak maupun perikanan. Begitu pun sebaliknya, limbah peternakan dapat dijadikan pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan tanaman," katanya lagi.
Ia menambahkan, Dinas TPH juga telah melakukan peningkatan kapasitas terhadap 60 petani di Kabupaten Banggai, Buol, Parigi Moutong, dan Poso sebagai daerah penerapan uji coba pertanian terpadu.
"Kami berharap petani bisa secepatnya mengimplementasikan metode-metode yang sudah didapat pada kegiatan pengamanan kapasitas, sekaligus diharapkan dapat menjadi nilai tambah bagi pendapatan petani," demikian Nelson.[ss]